Bagi sebagian besar orang dan
bahkan intelektual sejarah mengartikan Marhaen Bung Karno sebagai akronim dari
: Marx, Hegel dan Engels. Padahal menurut Sukarno sendiri Marhaen adalah nama
orang, ini sama saja dengan Doel, Ahmad atau Bodin yang jamak dalam masyarakat
Indonesia.
Lalu apa itu Marhaen? sebuah
kelas sosial yang kerap diucapkan Sukarno sebagai pendukung terbesar garis
politiknya. Sukarno berkata "Marhaen adalah orang yang punya modal tapi
teramat kecilnya, ia punya gerobak sendiri, ia punya pacul sendiri dan ia punya
tanah sendiri, tapi amat kecil, amat terbatas ia tidak mungkin disejahterakan
oleh sistem" itulah Marhaen dalam pengertian Sukarno. Dan oleh Sukarno
pula "Di Indonesia tidak ada kelas buruh yang murni, tidak ada kelas
borjuis yang murni, mayoritas di Indonesia adalah Marhaen dan masyarakat
Indonesia tidak mengenal pertentangan kelas seperti yang dipikirkan oleh para
pengikut Marx". tentunya Sukarno agak sedikit mendangkalkan makna
penentangan kelas Marxian, tapi sebagai sebuah struktur penjelasan ekonomi
modal maka pemikiran Sukarno sangat luar biasa.
Sukarno menghendaki ekonomi
modal yang kuat, negara bisa menjalankan revolusi sosialnya tanpa harus
merampas hak-hak modal rakyat. Negara menjadi agen kesejahteraan umum, para
dokter bekerja untuk kebaktian pada kesehatan masyarakat bukan uang, para guru
bekerja sebagai bagian kebaktian bekerja untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
bukan uang, dan para intelektual kita merumuskan masalah-masalah kehidupan untuk
pencerahan bukan uang itulah makna kehidupan bagi Sukarno, dan Marhaen sebagai
penopang ekonomi dari lautan masyarakat ini menjadi peran utama dalam
distribusi kesejahteraan masyarakat, mereka mudah mendapat modal dari Bank
Negara, anak-anak mereka sekolah gratis, kesehatan gratis dan negara menjadi
sponsor utama pencerdasan masyarakat, negara menghindari dirinya menjadi agen
kekerasan sekaligus menahan serbuan taktik penjajahan modal asing, atau
menggelembungnya raksasa pengusaha nasional yang ingin mengakuisisi negara.
Inilah arti penting
menghidupkan kembali apinya Sukarnoisme.
Sumber : anton-djakarta.blogspot.co.id